Pajamas Girls. Powered by Blogger.
  • Home
  • Talim
  • About Korea
  • Look At Me
  • Djournals
  • Sastra

Haidden Paradise

Sharing About Something Fun Together

 


 

 

Jika dia memang benar menyukaiku maka ia akan berusaha mencariku. Ku harap... besoklah waktunya.

—Maybe Tomorrow—

Ini adalah titik yang paling ku benci dari sebuah hubungan. Orang menyebutnya perpisahan. Semua yang telah aku lakukan terasa sia-sia ketika kamu memilih pergi secara tiba-tiba di saat aku mulai terlalu cinta.

Kenyataan begitu pahit layaknya kopi. Setidaknya kopi masih bisa ku nikmati sementara rindu ini, kapan mau pergi? Apa kau tak lelah menahanku tanpa henti?

Kejadian yang terjadi beberapa tahun lalu terpaksa membuatku menghapus banyak kenangan indah mulai dari pertama aku mengenalmu sampai aku menyukaimu. Mungkin bagimu biasa saja tapi menurutku itu adalah pengalaman berharga karena mencintai dalam diam membutuhkan tenaga. Tidak sampai luar bisa, tapi tidak juga biasa saja.

Menikmati naiknya matahari ke langit dari suatu pulau terpencil ternyata tidak kalah serunya dengan menyaksikan tenggelamnya matahari pada saat senja. Aku terduduk di kursi taman dengan sebuah buku berukuran sedang yang terpangku di atas tungkaiku. Ini bukan saat yang tepat untuk bernostalgia, tapi karena buku ini aku jadi ingin memikirkannya sesaat. Apa salahnya? Hanya sesaat.

Ku buka lembar pertama di mana aku menulis rangkaian kata yang mendeskripsikan seorang Alfarein, yaitu pria yang kusukai diam-diam. Mulai dari postur tubuhnya yang tinggi, warna kulitnya yang kuning langsat, dan yang paling kusukai darinya adalah rambutnya yang selalu terlihat klimis kapanpun aku melihatnya. Bukan cuma kepadanya, aku selalu menyembunyikan perasaanku dari semua orang. Bagiku tidak ada gunanya berbagi cerita karena aku yang merasakan, bukan mereka.

Beberapa lembar selanjutnya yang ku buka cukup membuatku malu karena tingkahku yang merasa seolah Alfarein menyukaiku juga padahal aku tidak yakin dia tau aku hidup atau tidak. Wajahku pun mengembang dibuatnya.

Entah kenapa, setiap membayangkan wajah tampannya aku selalu melihat dia tersenyum kepadaku. Dia bukan tipikal pria pelit senyum. Dia hanyalah pria sederhana yang berhasil membuatku jatuh cinta.

Selama beberapa tahun aku satu sekolah dengannya membuat hari-hariku cukup berwarna. Dia juga berhasil membuatku sesekali melayang walau akhirnya menjatuhkan ku ke jurang yang dalam. Mungkin dia tidak berniat seperti itu karena yang ku tau dia hanya menganggapku orang asing.

Semuanya berubah di saat kami terpaksa terpisah. Aku dengan jalanku, dia dengan jalannya. Walau begini aku masih punya akal sehat dan aku tidak ingin mengorbankan masa depanku hanya untuknya yang belum pasti memiliki perasaan kepadaku. Itulah alasan yang sekiranya menguatkanku supaya tidak menyesal dengan pilihanku.

Dia bukan oksigen dan aku bisa hidup tanpanya. Ya, memang benar begitu tapi rasanya hati ini begitu hampa. Setiap hari aku selalu berdoa supaya besok dipertemukan kembali, namun sayangnya kami malah semakin jauh. Setiap hari aku selalu menanti harapan yang tak pasti. Langkahku dan langkahmu sudah berbeda dan sulit jika tetap dipaksa bersama. Bisa saja begitu, dengan catatan kau juga menyukaiku.

Sekarang situasinya sudah beda. Aku mulai terbiasa dengan ketidakhadiranmu begitu pula dengan hatiku. Aku masih ingin mencintaimu dan aku tidak ingin rasa ini lenyap tanpa pernyataan. Jika aku menyatakan perasaanku, akankah kamu kembali? Atau malah semakin jauh pergi?

Aku tau kalau kita sudah tidak bisa bertemu, tapi hatiku masih berharap bisa menemuimu. Satu kali.. saja. Kamu masih ada di dunia ini tapi kenapa menemuimu rasanya mustahil bahkan cenderung tak mungkin? Sial, kali ini aku terbawa perasaan lagi.

Mataku berkaca-kaca karena saking terbawanya dengan semua yang mengganjal di dalam hati. Aku mengalihkan pandangan ke arah lain dan sesekali memerhatikan warna air laut yang biru serta suara deburan ombak.

Dari dulu sampai sekarang hatiku masih berharap bisa bertemu denganmu. Aku berjalan tanpa arah gara-gara rasaku yang berlebihan. Munafik kalau aku tidak berharap bisa bersamamu. Mungkin di depan semua orang aku berkata kalau aku tidak berharap, tapi hati ini selalu menyangkal.

Langit yang tadinya gelap kini berubah jadi lebih terang dengan angin yang berhembus pelan. Beberapa helai rambutku dibuat terbang olehnya. Sepertinya aku harus membuat pilihan supaya hati ini mau merelakannya. Diperjuangkan juga tidak ada gunanya, yang diperjuangkan saja tidak tau untuk apa buang-buang waktu?

Aku pun bangkit untuk kembali ke penginapan. Ini adalah hari terakhirku di pulau ini dan mau tak mau aku harus pulang untuk melanjutkan hari-hariku di sekolah yang sama sekali membuatku tidak semangat menuntut ilmu.

Mataku menatap pasir putih yang sengaja ku injak untuk sekedar menghilangkan rasa bosan. Aku harus terus mengingatkan kepada hatiku kalau dia bukanlah oksigen dan aku yakin bisa hidup tanpanya.

"Nara?" panggil seseorang yang membuatku menghentikan langkah. Suara itu berasal dari arah bekakang. Sontak aku pun berbalik badan dan memastikan siapa yang mengenaliku di tempat ini.

Mataku membulat.

Aku tidak pernah menyangka kalau permohonan konyolku dikabulkan.  Di depan sana ada pria sederhana yang tampilannya sama sekali tidak berubah. Entah kenapa, mataku kembali berkaca kaca.

Pria yang ada didepan sana menatap ke arahku sambil tersenyum tipis. Senyuman itulah yang selama ini aku rindukan. Dia yang barusan memanggilku melangkah maju menghampiriku. Kami berhadapan dengan mata yang saling menatap satu sama lain.

"Kamu Nara, kan?" tanyanya.

"Iya, aku Nara" jawabku.

"Syukurlah, akhirnya kita bertemu lagi" dia memasang wajah ceria yang masih tidak bisa ku artikan.

"Maksud kamu?" Aku menyernyit.

"Selama ini aku mencari kamu, ya.. Mungkin kamu tidak melakukan hal yang sama"

"Kamu mencariku?" aku tidak percaya. "Apa aku tidak salah dengar?"

"Justru, ketika tadi melihatmu aku berpikir. Apa aku tidak salah lihat? Dan ternyata memang benar kamu"

"Lalu?"

"Apa kamu tidak ingat aku?"

Aku tersenyum. "Bagaimana bisa tidak ingat kalau setiap hari aku selalu berharap melihatmu"

"Kamu tidak berbong, kan?"

"Aku tidak punya alasan untuk berbohong"

"Aku mungkin telat menyadari perasaanku dan aku juga tidak yakin apa aku benar menyukaimu atau tidak"

"Jawabannya?"

"Aku menyukaimu"

"Apa buktinya kalau kau menyukaiku?" aku menantangnya. Tiba-tiba Alfarein menarik tanganku lalu meletakannya di dadanya lebih tepatnya di bagian jantung.

Aku bisa merasakan kalau jantung Alfarein berpacu dengan cepat.

"Ini hanya terjadi jika aku melihatmu, mungkin kau tidak pernah sadar" Alfarein menghela napas. "Apa kau tau tau apa keahlian rahasiaku? Menyembunyikan rasa dari orang yang ku suka "

"Dan apa kau tau keahlian terbaikku? Selalu bersikap tenang walau sedang menahan rasa" balasku.

Kami terdiam namun masih saling menatap. Aku melepaskan tanganku dari genggaman Alfarein. Permohonanku telah dikabulkan dan saat ini aku harus menepati janji kalau aku harus merelakan orang yang saat ini ada dihadapanku

Dengan berat ku katakan, "Terimakasih sudah muncul kembali. Semoga kau bisa melanjutkan hari harimu dengan baik" pungkasku kemudian berbalik badan meninggalkannya.

Terasa berat tapi aku harus melakukannya. Setidaknya aku sudah menyatakan perasaanku walau secara tak langsung dan aku juga sudah mengucapkan kata kata perpisahan. Jika selama ini dia memang mencariku pasti dia tidak akan membiarkanku pergi seperti ini. Pasti dia akan mencegahku. Aku masih memegang teguh prinsipku, jika dia memang benar menyukaiku dia akan berusaha mencariku, dia akan berjuang untukku. Mungkin apa yang dia katakan barusan hanyalah kata-kata pemanis yang biasanya laki-laki katakan untuk memikat. Namun, aku agak ragu kalau kata-kata tadi hanyalah pemanis.

Aku harus menerima kenyataan bahwa dia tidak mencegahku melainkan... memelukku. Dia meraih lenganku lalu membawaku masuk ke dalam dekapannya yang hangat, bahkan aku bisa menghirup aroma tubuhnya yang khas. Memang benar dia tidak mencegah melainkan menahanku. Entah kenapa, hati ini rasanya senang seolah hari ini aku benar benar menang.

Alfarein tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia hanya diam sambil mendekapku. Aku pun begitu. Aku melingkarkan tanganku di pinggangnya.

Rasanya masih tidak mungkin kalau aku bertemu sekaligus dipeluk olehnya. Seketika kesedihanku hilang. Air mata kesedihan yang pernah ku jatuhkan untuknya berubah jadi tangisan bahagia.

"Jangan pergi lagi, aku tak sanggup menahan ini sendiri" katanya.

Aku terdiam. Aku sudah berjanji untuk merelakannya, tapi hati ini sudah luluh oleh bukti nyata yang Alfarein lakukan. Dia tidak hanya mengatakan kata-kata indah tapi juga membuktikannya. Keputusan apa yang saat ini harus ku ambil?

"Apa yang aku dapat jika memilih bersamamu?" tanyaku. Dia pun melepaskan pelukannya dan kembali menatap mataku dengan hangat. Dari mata cokelatnya yang terang terlihat ada aku di sana.

"Aku tau selama ini kau kesulitan. Aku tidak ingin berjanji, tapi sebisa mungkin aku akan berusaha melindungi sekaligus menjaga hatimu yang mulai rapuh"

"Apa buktinya kalau hatiku rapuh?"

"Kau tidak melepaskan pelukanku justru membalasnya. Kalau bukan rapuh lantas apa?"

Aku dibuat terdiam lagi olehnya. Hanya selangkah lagi tapi aku masih bingung. Aku pun kembali menatap matanya yang terlihat seperti menunggu jawaban. Jujur, aku masih tidak kuat untuk mengatakan ini.

Dengan hati-hati ku katakan, "Hatiku memilih mu, apalagi yang bisa ku lakukan?" dan dia kembali memelukku dengan hangat. Untuk pertama kalinya aku mengingkari janji yang ku buat untuk diriku sendiri. Kali ini aku yakin dengan perasaanku dan sudah mantap dengan pilihanku.

Untukmu Alfarein, terimakasih sudah membuktikan kalau aku tidak berjuang sendiri. Terimakasih atas kenyataan manis yang saat ini aku terima. Berkatmu aku yakin lagi kalau tidak ada usaha yang sia sia. Kutarik kembali perkataanku bahwa memerjuangkanmu adalah hal yang percuma. Kau yang menyadarkanku dikala aku hanya percaya bahwa ini cuma cinta sepihak.

Aku tau ini bukanlah akhir melainkan sebuah awal. Kuharap kau siap berjuang lebih keras lagi bersamaku untuk memertahankan hubungan ini. Mari saling menggenggam tangan dan jangan pernah melepaskan walau hanya sedikit.

—SELESAI—

September 01, 2020 No komentar

HOLA!

Bahagia banget nih gue, mumpung libur gue mau nyeritain ke kalian tentang keempat novel yang gue tulis dalam album For the First Time. Di dalam edisi ini ada empat novel yaitu: Like Snowflake, Just a Friend, Feyland, dan There is no Time. 

Kalian udah baca belum? kalau belum baca dulu yuk dengan cara klik garis tiga di pojok kiri atas lalu klik icon warna oranye. Setiap kisah punya teori berbeda. Mau tau sinopisnya? nih gue kasih tau

1. Like Snowflake




"Terimakasih sudah membuktikan bahwa semua pria tidak sama" 

Apa yang akan kamu lakukan jika berada di titik terlemah, namun ada seseorang yang berusaha membuatmu bangkit, melawan fakta yang selama ini tertanam di hati?

Dia berhasil membuktikan bahwa selama ini kamu salah. Dia memberikanmu cinta yang seharusnya kau terima. Namun, di saat kalian saling membalas perasaan, waktu malah memaksamu kembali. Lantas, apa kamu siap kehilangan lagi?

Semua ada di tanganmu, pilih pergi dengan penyesalan atau bertahan dengan rasa sakit yang tak terbayangkan.

2. Just a Friend



"Saling tertarik, tanpa berharap lebih"

Akibat insiden Raisa nyemburin air ke mukanya Aksel, dia jadi ngehindar kalo ngeliat Aksel. Karena itu juga, dia harus bertingkah imut, biar Aksel gak kasar. Bukannya kasar, yang ada Aksel malah naksir. 

3. Feyland



"Capeknya suka sama cowok baik"

Gimana rasanya jadi cewek paling sial di muka bumi ini? Apa lo ngerasain juga? Kalo ngerasain hal yang sama mungkin lo harus banyak banyak bersyukur sebab gue-lah manusia paling sial yang pernah hidup di muka bumi ini. 

Mungkin kata sial udah mutlak di hidup gue. Sesial apapun elo, harus banyak banyak bersyukur ketika tau apa yang gue jalain. Salah satunya lewat kisah ini. 

4. There is no Time




"Ada rasa yang tak harus diungkap"

Cuma karena satu malam tiba tiba Herin dan Satria jadi akrab. Herin butuh sesuatu yang tidak di dapatkan dari orang lain dan ia dapatkan pada diri Satria. Satria pun sama. Tapi ini baru awal. 

Ketika Herin sudah bisa dikatakan move on dari Rayi, justru Rayi malah memulai. Cinta datang terlambat? Bukan! Diantara kerumitan ini sahabat Herin, Zia, dia justru sangat menyukai Rayi. Herin bingung, harus fokus ke Satria yang tidak pernah serius atau ke Rayi yang sangat berambisi atau mungkin, dia tidak akan mengambil keputusan apapun dan memilih untuk tidak menikmati masa muda. 

Tidak ada yang tau jawabannya, kecuali Herin.

Lebih lengkapnya akan gue bahas secara terpisah, kapan kapan. Dari sinopsisnya ada gambaran kan bakal kayak gimana? 

Empat cerita di atas gue post sebagai pemanasan, jadi lo harus siap siap dengan album lainnya. Kemungkinan besar setiap album akan ada empat novel dan tentunya seru. Lo udah baca? ceritain dong pendapat lo di kolom komentar. *Gue selalu baca komentar loh!

Gue senang banget bisa nyelesain dua (harusnya 3) novel di dalam album ini dan TINT sebentar lagi tamat. Gue pingin namatin dua cerita lainnya supaya bisa lanjut ke album lainnya. Penasaran album selanjutnya kayak apa? pantengin terus ig dan akun wattpad gue. 

Sedikit cerita aja nih, jadi dari empat novel di atas udah gue rombak berkali kali makanya baru selesai dan Feyland gue robak lagi dan ini adalah judul barunya. TINT aja yang gak gue rombak. Semoga hasilnya memuaskan supaya gue gak capek capek mulai dari awal lagi. Kalau gak ngerombak mungkin gue lagi nyelesain ending di album kedua. 

Untuk saat ini kalian bisa nikmati cerita ini dalam bentuk enovel. Baca yuk novelnya dan share ke teman teman kalian supaya bisa berbagi kebahagiaan juga. *Bacanya sambil dengerin playlist dari About Korea!

Semoga album pertama gue bisa selesai dengan baik supaya lebih enak dibacanya dan tentunya masuk akal. Tau lah gue gak punya akal. Doain ya teman teman. 

Sampai ketemu di postingan berikutnya...


November 20, 2018 No komentar
HOLA!

Aku berjalan di atas hamparan pasir putih yang luas
Kali ini aku tidak sendiri, 
Melainkan deburan ombak menemaniku 
Seolah berkata aku tidak sendiri

Banyak yang bilang kepadaku bahwa aku tidak sendirian
Tapi sekarang orang itu menghilang perlahan
Jadi aku tidak sendirian 
Atau aku yang dikucilkan? 

Dulu aku ingin menghilang selama beberapa hari
Dan tinggal sementara di suatu tempat
Saat ini keinginginanku terwujud 

Orang bilang aku perempuan yang kuat, tak kenal lelah, dan hebat
Aku hanya tersenyum mendengarnya
Setidaknya aku tidak menyebarkan kesedihan diantara mereka
Aku berhasil menyimpan lukaku sendirian

Tapi ada saatnya aku lelah
Ada saatnya aku terjatuh 
Lalu apa yang mereka lakukan? 
Mereka tidak melakukan apa apa

Mereka yang mengaku menemaniku susah maupun senang 
Pada nyatanya tidak melakukan apapun untukku 
Jika tidak mau menemaniku setidakanya jangan menganggu
Tidakkah rasa sakit ini bertambah ketika diolok olokkan layaknya sampah? 
Dari awal aku tidak meminta mereka untuk setia 
Dan pada akhirnya mereka tidak membuktikan kata kata yang telah mereka ucapkan

Sama saja, tidak ada yang berubah
Aku masih sendirian dengan rasa sakit yang masih kuat ku tahan

Tertanda, 


Orang yang sedih karena beberapa novelnya mau tamat
October 11, 2018 No komentar

HOLA!

Kayak yang semua orang tau, berjuang itu gak mudah apalagi yang diperjuanginnya gak jelas. Gak jelas gimana maksudnya? elo gak tau dia lagi suka sama orang lain atau enggak dan dia punya perasaan yang sama kayak elo atau enggak.

Untuk kalian di luar sana yang lagi berjuang demi seseorang, yakin deh, lo gak sendiri. Ada orang lain yang lagi ngelakuin hal yang sama.

Gue saranin kalian buat baca novel Like Snowflake karena dari sana lo bisa tau asik dan gak asiknya ngejar orang yang kita sayang. Sebelum lanjut lebih jauh liat dulu yuk sinopsisnya:

"Terimakasih sudah membuktikan bahwa semua pria tidak sama" 

Apa yang akan kamu lakukan jika berada di titik terlemah, namun ada seseorang yang berusaha membuatmu bangkit, melawan fakta yang selama ini tertanam di hati?

Dia berhasil membuktikan bahwa selama ini kamu salah. Dia memberikanmu cinta yang seharusnya kau terima. Namun, disaat kalian saling membalas perasaan, waktu malah memaksamu kembali. Lantas, apa kamu siap kehilangan lagi?

Semua ada di tanganmu, pilih pergi dengan penyesalan atau bertahan dengan rasa sakit yang tak terbayangkan.

Gimana? udah kebayang belom ceritanya bakal kayak gimana? gue saranin baca novel ini sambil putar playlist dari setiap bab-nya. Selengkapnya kalian bisa klik baris tiga di kiri atas habis itu klik ikon yang warnanya kuning. 

Semoga suka dan terhibur. 

Tertanda, 


Mala Kim alias Nirmalshlt
September 01, 2018 No komentar
Older Posts

H O L A !

Hello, i'm Pajamas Girl, but you can call me Mala Kim. Sengaja gak pasang foto soalnya takut yang liat jadi tergila-gila.

Contact

Ngobrol manja atau kerja sama bisa ke email nirmalshlt449@gmail.com

Featured Post

Novel Keren

Wattpad: @PajamasGirls
Novelme: @PajamasGirls

Follow Me

SUBSCRIBE NEWLETTER

Translate

FOLLOW ME @Its.Heise

Created with by ThemeXpose